DISTRO?

gw mulai dengan Wikipedia-Indonesia ah:

Distro, singkatan dari distribution store atau distribution outlet, adalah jenis toko di Indonesia yang menjual pakaian dan aksesori yang dititipkan oleh pembuat pakaian, atau diproduksi sendiri. Distro umumnya merupakan industri kecil dan menengah (IKM) yang sandang dengan merk independen yang dikembangkan kalangan muda.[2] Produk yang dihasilkan oleh distro diusahakan untuk tidak diproduksi secara massal, agar mempertahankan sifat eksklusif suatu produk.
Konsep distro berawal pada pertengahan 1990-an di Bandung. Saat itu band-band independen di Bandung berusaha menjual merchandise mereka seperti CD/kaset, t-shirt, dan sticker selain di tempat mereka melakukan pertunjukan. Bentuk awal distro adalah usaha rumahan dan dibuat etalase dan rak untuk menjual t-shirt. Selain komunitas musik, akhirnya banyak komunitas lain seperti komunitas punk dan skateboard yang kemudian juga membuat toko-toko kecil untuk menjual pakaian dan aksesori mereka. Kini, industri distro sudah berkembang, bahkan dianggap menghasilkan produk-produk yang memiliki kualitas ekspor.[2][4] Pada tahun 2007 diperkirakan ada sekitar 700 unit usaha distro di Indonesia, dan 300 diantaranya ada di Bandung.

lanjut lagi kapan kapan ... udah pagi nih

Ada hubungan dengan "Distro Lazy Time" gak yah?

Yang saya ketahui, distro dibagi dua: distro clothing dan distro open source. Clothing meliputi pakaian sampai merchandise yang berkaitan dengan fashion, sedangkan open source meliputi perangkat lunak.
Distro merupakan solusi untuk menggalakkan kreatifitas, sehingga batasan yang dibuat oleh major label tidak mewarnai produk distro. Sebenarnya, distro merupakan solusi yang sangat baik untuk memicu Indonesia sebagai pencipta berbagai produk. Hal itu bisa dilihat melalui tingginya carding, pembajakan, sampai pemalsuan. Jadi dapat dipastikan, sebenarnya Indonesia memiliki kreatifitas yang sangat tinggi. Dan pemerintahnya, asik ber disco lazy time sambil main catur dan baca koran saat jam kantor.

Kalo e-book atau buku yang dicetak indie label, masuk dimana ya? CD, cassete, film independent, ...? Kayaknya gw lebih setuju untuk nggak menggkotak - kotakkan distro kedalam software dan clothing aja, karna sebenarnya, semua bisa didistrokan? Bukankah distro itu sebuah sistem? Memang sih
, awal berdirinya diwarnai oleh clothing dan software. Seandainya distro membumi, maka pasar bebas benar-benar terealisasi. Persaingan pasar pun akan tergenjot, lalu memicu eksplorasi. Dan nggak soal dengan minimnya modal, karna siapapun yang punya kreatifitas dan punya tujuan hidup, bisa merealisasikannya dengan label distro. Sejauh gw pikir, major label pun akan berfikir untuk mengembangkan sayapnya, mengingat distro mampu menyedot fans fanatik. Jadilah major label memecah dirinya menjadi distro-distro. Dan disanalah eksplorasi kekayaan alam dan kekayaan sumber daya manusia negri ini dibakar.
Dan ketika networking antar distro tercipta, disanalah pembajakan, pemalsuan, sampai penyelundupan diawasi lebih cermat oleh kepentingan distro. Supremasi hukum boleh lemah, namun melalui kepentingan distro, kita mulai mengawasi bersama.
Coba ada yang bisa lanjutin lagi nggak?

Setuju kak... yah melalui distro ini semua orang bisa berkreasi dan pembajakan, pemalsuan bisa dikurangi. semua org punya kesempatan yg sama...

tapi pertanyaan gw lom dijawab... hubungan sama "Distro lazy time" apa?

Distro Lazy Time entuh sodaranya Disco Crazy Time. Masih satu rumpun sama Good Time, Oreo, Mari Regal, Kerupuk Kulit, Paniki, Lapet, Papeda , .... *weks, elpis gokskils*

Gue pernah denger kalo distro (meski di kota gue kagak ada distro) tuh menjual pernak - pernik dari baju mpe segala macem yang harganya di atas harga pasar (yang dijual di toko2).
Bener gak?

Jonny wrote:

Gue pernah denger kalo distro (meski di kota gue kagak ada distro) tuh menjual pernak - pernik dari baju mpe segala macem yang harganya di atas harga pasar (yang dijual di toko2).
Bener gak?

Distro bisa bersifat virtual. So, besar kemungkinan adanya distro di Nganjuk?
Distro bukan sebatas clothing dan merchandise seputar fashion. Distro umumnya meliputi, clothing, perangkat lunak, dan tak tertutup kemungkinan, untuk mendistrokan barang dan jasa lainnya (e-book, music recording, film indie, makanan, ... ).
Setau gue, justru harga produk distro itu dibawah harga pasar.

Iyah Jon karena barang yang dijual gak ber 'merk' jadi harga di bawah harga pasar... kek celana jins,,, kalo merk levi's baru dapet dgn harga 500rb... di distro karena gak ada merk levi's-nya 150 ato 200rb dah dapet... gituh...

Oooo..gitu yaa..
Aku ngomong kayak gitu karena pernah ngeliat tayangan yang membahas tentang gaya hidup gitu di TV.
Waktu itu ya ngebahas tentang distro. Di Bandung kalo kagak salah. Nah, presenter bilang, harga barang - barangnya lebih mahal, karena barangnya limited edition. Yang hanya dijual disitu. Mirip butik gitu. Tapi butik kan khusus baju. Nah, yang ini segala macam barang. Karena terbatas, dan memang modis, itu yang menyebabkan harganya mahal. Gituu..

distro sendiri punya level. Ada level kambingnya juga kok. Biasanya, level kambing cuma nampung produksi orang laen. Yang paling parah, beli di tanah abang terus nempelin brand mereka.
Soal harga mahal nggak dilihat dari nominalnya yang tinggi, tapi kwalitas, fungsi, estetika dan jumlah barang yang diproduksi (limited edition), lalu dibandingkan produk sejenis.

Soal Bandung, memang raja/ratunya distro. Makanya dijuluki paris van java. Bandung memang kaya kreator. Entah, mungkin karna pemandangannya *ehem* indah-indah dan udaranya dingin, jadi otak kanan dan kiri sinergi. Baru-baru ini pun, anak-anak ITB mendapatkan penghargaan dan diapresiasi oleh bill gates, karna mereka menciptakan perangkat lunak berjudul ABC. Mungkin kita perlu berkaca ke Bandung soal semangat eksplorasi dan mencipta yang tinggi dari kota itu.

Butik juga nggak khusus baju kok. Kayaknya gw sering denger resto yang menjuluki dirinya butik.